Kamis, 09 Agustus 2012

Mami, why you crying ?


* * * * * * * * * * * * * *
"Mami, why you crying..?"

By: Priska Devina



Anakku bertanya ketika ia melihat linangan air mataku yang tak tertahan.
Di tangan ku, tergenggam secarik kertas coretan spidol dan pensil.
Di sana ada 2 gambar putri dengan mahkota dan rambut panjang.
Hasil gambar anakku.
Dan sejumlah kata.......


15 menit sebelumnya .... :
"Mami..! Mami...!
I have something for you.
Mami jangan keluar dulu ya.
Tetap di wc aja!" Teriak anakku.
Ternyata ia barusan pulang dari supermarket Giant dengan papanya.

Ok deh.
Dan di dalam toilet, aku menunggu...
Menunggu lagi...
Terasa lama...

"Sekar...!
Sudah belum..?"

"Belum Mami. Wait..!"

Aku menunggu lagi...
Tik tok tik tok..
Bunyi weker kecil di toilet berbunyi.
(Aku selalu menaruh jam di toilet, jadi tahu kalau sudah kelamaan semedi di toilet)

"Sudah belum...?
Mami sudah lama nih di toilet.
Boleh keluar ngak sekarang...?"

"Ok Mami.
Eh, bentar. Bentar.....!
.... Ok deh."

Dan aku keluar dari toilet yang terletak dalam kamar tidur utama kami.
Memang sudah kelamaan tadi saya di sana. Mandi, keramas, bersih bersih, dll...

"I have surprise for you, Mami," kata anakku dengan mata berbinar.
Aku selalu suka dengan sepasang mata itu. Mata kijang yang cantik.
Untung ngak kayak mataku yang sipit dan besar sebelah. Huuuff!

"Nih, Mami. ... Pilih..!" , katanya sambil menyodorkan dua lembar kertas sobekan buku tulis berwarna pink.

"Yang mana, Sayang..?" Tanyaku.
"Mana aja. Mami pilih aja," jawabnya.

Aku asal saja menarik salah satu kertas itu.
"Ini aja," kataku.
"Buka Mami," balasnya.

Aku membuka kertas terlipat itu.
Di sana ada coretan pensil, tergambar semacam peta sederhana.
Anakku memintaku mengikuti peta kecil itu. Surprise untukku ada di sana, katanya.
Sering deh anakku begitu.
Aku senang dengan sifat kreatifnya, tapi kalau sedang buru buru atau sedang banyak pekerjaan, tapi lalu disuruh cari cari dulu, nebak nebak dulu, untuk dapatkan surprise yang disiapkan, kadang...... Ehem...buat hati kesal.
Tapi yaaach...,
aku
turutin saja.

Ok, ini gambar lemari baju,

lalu belok kiri ada rak buku.

Lalu ada panah ke meja tulis.

Ok, itu dia.
Ahaa..!

Ada amplop pink di kursi dekat meja tulis.

"Ini yach...?", tanyaku sambil mengacungkan temuanku itu.
"Hore...! Mami berhasil! Berhasil!", anakku bersorak, mirip Dora di kartun anak anak.

"Buka Mami..!" Dia terlihat antusias.
Di wajahnya senyum mengembang.
Tampaknya dia senang sekali.

Aku membuka amplop pink itu.
Dari rabaan, aku merasa isinya pasti snack.
Benar saja, isinya batangan coklat Silver Queen kecil.

"Aku yang beli, Mami.
Aku tahu Mami suka coklat," katanya.


Oh.... My dear.
You are so sweet.
Walaupun saya ngak ikutan ke supermarket, kalau di sana ia menemukan barang yang saya suka, kadang ia akan minta papinya membelinya, untuk saya.
Sering anakku manis seperti itu.

Coklat itu terbungkus lagi dengan kertas.
Aku membuka kertasnya.
Membaca.
Lalu terhenyak....
Aku memeluk anakku.
Gambar dan tulisan di kertas pembungkus coklat itu...
Seperti sesuatu yang menohok hatiku yang paling dalam.
Bagai mata cangkul menghantam tepat di tanah yang bersumber air.
Air mataku keluar tanpa bisa aku tahan.

Aku memeluk anakku supaya ia tidak melihat aku menangis.
Tapi terlambat.
Ia sudah tahu.
Maka ia bertanya,
"Why are you crying, Mami..?"

Aku membaca tulisan di kertas itu lagi.
Aku seperti menemukan diriku.
Diriku yang berusaha aku tenggelamkan bertahun tahun
Karena merasa aku tidak bisa
Karena merasa itu tidak menghasilkan
Tidak berguna

Di sana tertulis,
Impianku yang paling dalam,
Yang kutemukan dan berani kutegaskan,
Setelah 40 tahun aku hidup di muka bumi ini....

Disana, dibawah gambar 2 putri,
ada tulisan anakku yang belum genap 8 tahun:

Sekar - Princess of Model
Mami - Queen of Writer
...........

Terima kasih Sayang
Terima kasih Sekar.
Di sana tertulis:
Mami - Queen of Writer.

"You want to be writer kan Mami?
Aku tahu itu.
Mami pernah kasih tahu aku", ucapnya polos.

Aku tidak menjawab
Air mataku masih belum berhenti mengalir.....

"Why are you crying, Mami?"

"Because I am happy.
Thank you, my dear.
I love you soooo much..."

Hmm....
Kadang, butuh orang lain untuk membantu kita menemukan harta karun diri ........




* * * * * * * * * * * *


Minggu, 05 Agustus 2012


****************************************
SAMPOERNA

 Museum Sang Pemimpi

BY : Priska Devina



Saya tidak pernah menyukai yang namanya rokok.

Batang panjang yang dihisap dan menciptakan awan awan putih menyesakkan orang disekitarnya. Baunya luar biasa.
Saya termasuk orang yang tega melotot pada mereka yang dengan cuek merokok di ruang umum.
Namun.....
Karena sebuah buku guide Surabaya city, maka terdamparlah saya, di museum rokok satu satunya di Indonesia saat ini, House of Sampoerna, Surabaya.

Terlepas dari bisnisnya yang terang-terangan membuat banyak konsumennya kanker paru, Bapak Lim, sang pendiri Djie Sam Soe, benar benar adalah sosok yang luar biasa.
Museum cantik House of Sampoerna, ditata dengan apik dan bersih.

Ruang museumnya sejuk.

Koleksinya terpelihara.

Guide tersedia.

Toiletnya bersih dan unik.

Dan yang paling penting... semuanya gratissss tiss...!



Diceritakanlah Bapak Lim, sang pendiri, datang dari Tiongkok dengan ayah dan kakaknya.

Waktu ayahnya meninggal, ia dititipkan pada sebuah keluarga.
Usia 19 thn, Bapak Lim menikah dengan gadis Jawa berdarah China, berusia 15 tahun.

Sang istri berperangai ulet dan pandai mengatur keuangan.
Karena bukan datang dari keluarga kaya, pasangan muda ini mesti bekerja keras.

Mereka berjualan sembako di sebuah gubuk kecil, dan Bapak Lim bekerja di pabrik rokok.
Hasil kerja keras mereka sedikit demi sedikit mereka kumpulkan, lalu disimpan di dalam batangan bambu warung kecil mereka. (Tidak taruh di Bank, karena waktu itu, Bank hanya melayani kalangan menengah yang cukup kaya).


Btw, saking hidup mereka sederhana, warungnya pun bukan milik mereka,

tapi hanya mampu mereka sewa.

Cikal bakal perusahaan Sampoerna yang meraksasa ini, awalnya adalah pasangan Lim dan istri.

Mereka berdua, bahu membahu, meracik, melinting, dan membungkus rokok buatan mereka.
30 persen penjualan Sampoerna dibantu via distribusi warung warung kecil yang banyak kita lihat di pinggir jalan atau desa.
Di warung, kretek bisa dijual lepasan alias satu batang per satu batang, untuk pembeli yang punya uang hanya pas pas an. Replika warung pun ditaruh dalam museum, ini menunjukkan bagaimana sang penata menghormati bagian ekonomi yang sangat berperan dalam bisnis mereka.

Koleksi museum lumayan lengkap.

Ada beberapa contoh cengkeh dan tembakau di sana, termasuk cengkeh dari Madagaskar (hayo loh, ini beneran Madagaskar, bukan judul film).
Tadinya saya berpikir semua cengkeh itu sama aja.

Tapi ternyata, beda cengkeh, beda wanginya.

Cara beda innya: cengkeh mesti dipetek dikit, baru keluar wanginya. Dan menurut saya, cengkeh dari Bali yang paling ok. Wanginya seperti bunga!
Karena tidak pernah pernah suka dengan yang namanya rokok, hanya sedikit sekali yang saya tahu soal rokok.
Baru hari ini saya tahu, rokok itu campuran dari cengkeh dan tembakau yang dicacah.
Idiiiih... Anak kecil aja tahu kali ya. Untung ada museum ya, jadi tambah pinter hehe...

Di bagian lain dalam museum juga dipajang beberapa mesin cetak bungkus rokok dan beraneka bungkus rokok keluaran Sampoerna. Termasuk yang hanya dijual keluar negri.

Tahun ini adalah tahun ke 99 Sampoerna, oleh karena itu, akan ada edisi bungkus eksklusif '99' berwarna emas untuk rokok Djie Sam Soe. Ini akan menjadi koleksi langka.
Saya akan mencari nya.
Untuk koleksi.
Walaupun, saya bukan penggemar rokok.

Oya, anda ingin tahu bagaimana bentuk wajah dan tinggi badan sang raja rokok? Di museum, ada foto Bapak Lim dan istrinya, yang sengaja dibuat pas dengan tinggi mereka yang sebenarnya.

Juga ada kebaya encim putih, asli punya Bu Lim. Kebaya tersebut diwariskan kepada putri bungsunya. Konon, itu akan mempermudah sang putri saat melewati masa persalinannya kelak.

Oya, Bapak Lim sangat percaya feng shui. Jangan heran jika museumnya ditata full feng shui.
Jika anda melangkah dari bagian utama ke bagian kedua, ada semacam legokan, yang kata saya.. Jebakan Batman hehe...
Jadi ada semacam ceruk kecil ditengah tengah pemisah ruang pertama dan ke dua. So, a little bit careful ya kalau pas ke sana.
Tahu ngak kenapa begitu ...?
Soalnya pas dibelakang museum, adalah pabrik Sampoerna. Dan supaya uang yang dihasilkan pabrik tidak langsung mengalir ke pintu keluar, maka dibuat semacam cerukan di lantai, supaya uangnya 'mandek' tertahan sebagian di tengah keluarga.
Kalau lantainya mulus mulus rata saja, uang dari pabrik di percaya akan mengalir keluar begitu saja.
Hmmm... Itulah Feng Shui.


Oya, tahu ngak kenapa nama kretek nya Sampoerna adalah Djie Sam Soe?
Itu adalah bahasa china untuk angka '2 3 4'. Angka ini kalau dijumlahkan adalah : 2+3+4 = 9.
Buat Bapak Lim, sang pendiri Dji Sam Soe, ini adalah angka favorit beliau.

Angka sembilan!
Angka sempurna!

Pada periode thn 1985-an s/d thn 1990-an, perusahaan Sampoerna pernah mengirimkan rombongan marching band mereka ke Pasadena - Amerika, untuk mengikuti parade bunga International yang sangat bergengsi.
Yang sangat mengharukan, para pemain musik dalam marching band tersebut tak jauh jauh, diambil dari buruh pabrik.
Dan jumlah mereka... ehem.... 234 orang!
As you guess, friend! :)

Pintu masuk museum sangat cantik dengan patri kaca yang berwarna meriah.

Kalau diperhatikan, assesoris paling mencolok adalah patrian merah berbentuk huruf 'E' terbalik.

Itu sebenarnya adalah aksara china, yg artinya adalah 'Raja'.
Lim, seorang pendatang miskin dari daratan china, benar benar berani bermimpi.
Ia ingin menjadi raja. Dan ambisinya hidup sampai hari ini, sampai generasi ke-4nya, ia membuktikan dirinya adalah Raja Rokok!

Saat ini, 97 persen saham Sampoerna telah dijual kepada Phillip Morris. Pabriknya masih beroperasi dengan dukungan buruh 2300 orang lebih. Dan kesuksesan Sampoerna memberikan kehidupan yang sangat layak untuk anak cucu keturunannya.



Ok, balik ke museum,
Setelah puas melihat di lantai 1, anda akan diajak ke lantai 2, dan ehem.... Maaf, khusus di lantai 2, anda tidak boleh menfoto, karena... Ceng ceng ceng....... Kita akan diajak melongok sebagian kegiatan pabriknya!
Kita berdiri di lantai 2, dengan dinding kaca tembus pandang yang lebar, dan waktu kita bisa melongok ke bawah....
Dan... Oooh my goodness... Ada ....

Ada 200 lebih buruh pabrik sedang bekerja di bawah.
Buruh pabrik beneran!
Bukan foto atau video!
Mereka semua berseragam dan memakai topi.
Ada 3 macam warna topi. Dan tiap warna topi menandakan tugas yang berbeda. Ada yang melinting, ada yang memotong sisa tembakau yang masih bergelantungan di ujung rokok, ada yang. Membungkus.
Kerja mereka luar biasa cepat. Karena tiap buruh rata rata melinting 234 rokok/jam!
Sehari, rata rata para buruh melinting 2200 batang rokok!
Kalau kita yang melakukan, mungkin sudah kelilit lilit kali ya tangan ini hehehe....

Mesti upahnya UMR, para buruh termasuk trah yang setia bin loyal ke perusahaan. Karena rata rata mereka sudah bekerja 10 tahun.
Bahkan banyak yang turun temurun.
Saya sampai bergurau ke guidenya, kalau gitu, begitu ada bayi brojol di keluarga, sudah tahu donk orang tuanya, sang anak tidak akan menggangur. Karena sudah pasti bisa dapat kerjaan. Ngak usah sekolah tinggi tinggi.

Btw, ini gurauan yang buruk......

I am kidding, friends!

Yang patut diacungin jempol dari museum yang gratis ini adalah soal Toiletnya.

Dindingnya unik dan cantik, dan terbuat dari susunan kertas kartus pembukus rokok!
Bersih sekali. Tidak kalah resik dengan toilet Mal Pacific Place atau Grand Indonesia.
Ruangannya diberi penerangan lampu kuning, dengan beberapa perabot tambahan yang makin menambah pujian untuk keseriusan penataan museum ini.

Nah....buat yang suka belanja belanji, di museum juga ada jualan souvenir.

Mug, kaos, pin, magnet hiasan kulkas, batik, ready di sana, siap dijemput, Neng!

Terakhir, nich... Kalau mau jalan jalan satu jam keliling di beberapa sudut surabaya, meseum ini menyediakan bis wisata khusus, ditemani guide. Dan ini... Sekali lagi... Gratis, boooh!!
Tapi, sebaiknya daftar ya. Karena kalau pas lagi musim rame, bisa ngak kebagian.
Catet: senin museum dan bis tidak beroperasi.

Kalau mau jalan jalan agak lama pakai bis gratisan tersebut, datanglah hari Sabtu Minggu.

Rutenya lebih jauh, dan persinggahannya lebih banyak.

Tempo hari, saya pas kesana hari kamis. Jadi saya bisa mendapatkan satu persinggahan, yaitu di Kelenteng tertua di Surabaya, yang konon punya dewa paling banyak disana. 1000 dewa!!
Kemudian kami diantar melewati Kampung Arab. Tapi cuma lewat, lihat lihat, tidak singgah.
Pas satu jam, bis menclok lagi di museum.

Woow!
Buat saya pribadi, perjalanan ke Surabaya saat ini jadi lebih mengesankan, dan saya juga belajar sejarah.
So, teman, kalau singgah ke Surabaya, jangan cuma singgah ke Bu Rudy beli Nasi Udang, atau ke toko Bhek beli snak, atau ke Toko Kemenangan di Jl Kembang Jepun beli pia kesohor di sana, tapi sempatkan diri melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana mimpi seseorang yang sederhana bisa jadi kenyataan yang bertelur kekayaan trilliunan rupiah dengan kesuksesan yag tetap dikenang walaupun dia telah tiada........

THE END

Salam cinta museum,
Priska Devina H

*****************************

 
Aneka Cengkeh





 
30% penjualan rokok Sampoerna dibantu oleh warung kecil 




 
Rokok keluaran Sampoerna yang dieksport ke Singapura



Pintu depan 'Raja'



Hiasan dinding toilet yeng terbuat dari bungkusan rokok




Kebaya Bu Lim



Ornamen Kejayaan Marching band Sampoerna



Museum yang berdandan bak cafe



 
Ruang depan. Lihat lemarinya.




 
Museum Sampoerna, tampak depan. Lihat tiang penyangganya




 
Ruang tengah Museum



 
Toilet yang apik dan bersih

 
Warung Bapak Lim yang hanya mampu mereka sewa awalnya.
Lihat tiang bambunya, disana Bu Lim menyimpan uang simpanan mereka saat itu