Minggu, 29 Mei 2011

The Childhood

              The Childhood
          (Masa Kanak Kanak)
            By: Priska Devina H


"Mami.... Tolong iketin rambut ku donk."

Sudah beberapa minggu,
saya menyisir dan menyikat rambut putri saya, Sekar, setiap pagi, sebelum dia sekolah.
Rada susah, karena ikat rambutnya dilakukan di dlm mobil yg sedang berjalan.
Biasa...kalau pagi, semua serba buru buru, jadi multitasking.

Saya senang senang saja, karena menurut saya ini adalah sebuah kemewahan.
Tidak semua ibu bisa punya kesempatan mengikatkan rambut anaknya setiap pagi.
Kebanyakan sudah harus tergesa gesa berangkat ke kantor.
Apalagi jika seperti saya yang tinggal di Serpong dan kerjanya di Jakarta.
Antar propinsi mboook.... Hehe

Mami saya sendiri tidak pernah mengikat rambut saya.
Nenek saya yang lakukan itu utk saya.
Sebelum berangkat sekolah siang, saya sudah 'nodong' nenek untuk mengkuncir rambut, plus menjepitkan aneka hiasan bunga yang terbuat dari tali rafia (di akhir thn 70-an, belum banyak jepitan rambut murah meriah seperti sekarang).

Menurut saya, inilah kenangan paling indah tentang nenek.
Hiasan rambut dari tali rafia, buatan nenek sendiri.

Saya tidak ingat,
berapa baju yang nenek punya,
berapa perhiasan yang beliau miliki,
berapa uang yang beliau simpan dari hasil jualan kuenya.
Yang saya paling ingat, dan sampai sekarang masih terasa sangat berkesan ..... 
adalah hiasan- hiasan rambut saya.
Bikinan nenek sendiri.
Special untuk saya sendiri.

Saya tdk tahu kenapa saya begitu terkesan.
Mungkin karena beberapa kali, saya kesakitan waktu nenek terlalu keras menjepit, sehingga kena kulit kepala saya,
 mungkin juga karena saya sempat melihat nenek begitu telaten merapikan, mengulung, meng lem tali tali rafia sehingga jadi pita rambut unik yang cantik,
mungkin juga karena ..... hanya nenek seorang yang menyediakan waktunya mengikat rambut saya.
Sesuatu yang bahkan ibu saya tidak sempat lakukan untuk saya.

Masa kecil kita yang hilang, memang tidak pernah kembali.
Namun, saya rasa, kita tetap bisa mengisi potongan yang hilang tersebut saat ini, dengan MEMBERI.
Pada siapa saja, kapan saja.

Sekarang,
saat saya mengikat rambut anak saya tiap pagi,
adalah saat saya 'membayar kembali' kasih sayang nenek saya,
mengisi potongan masa kecil saya yang hilang,
sekaligus memberi diri saya kesempatan menikmati kedekatan hubungan ibu- anak dengan putri saya.....

Apakah masa kanak kanak Anda sempat ada yang 'hilang' ?
Mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk menciptakan sendiri potongan tersebut....

Salam,
Priska DH




Kamis, 19 Mei 2011

Books and The Spirit .....

*Buku, Tulisan, dan Semangatnya*
 

Regina Brett.
Anda mungkin tidak terlalu mengenalnya.
Saya juga tidak, secara langsung.
Tapi saya membaca 50 bab  bukunya yg sangat inspiratif,
 'Tuhan tidak pernah tidur'.

Saya sangat suka.
Setiap bab membuat saya merenung, dan kadang juga... menangis.....

Ia penderita kanker, yang merasa hidup ini tidak adil padanya.
Maksudnya, Tuhan tdk adil padanya.

Ia kehilangan ke dua payudaranya,
hamil sebelum menikah,
kesepian,
berjuang keras membesarkan anaknya sendiri sampai ia berusia 40 thn.
Ia bilang,
Tuhan pasti sedang tidur saat menciptakan dia, sehingga dia seolah terlupakan.

Buat anda yang sedang butuh vitamin hidup, semoga buku ini bisa menjadi teman anda, meniupkan semangat untuk anda lewat kisahnya yang jujur, sederhana, nyata, namun ditulis dengan indah.

Selain Regina, saya juga punya teman lain,
yang mengarang '29 Gifts',
..... Cami Walker.

Ia mengajarkan saya utk belajar MEMBERI.
Sekecil apapun itu, memberilah, berbagilah.
Karena memberi itu menyembuhkan.
Apalagi bagi kita yang punya luka dalam hati sepanjang hidup kita.
Karena tulisan Cami, saya ikut melakukan proyek 'memberi dalam 29 hari' dan mendapat banyak pelajaran berharga dari sana.

Oya, hidup saya berubah arah, terutama di karir, setelah saya membaca buku 'Unstoppable' nya Cynthia Kersey.
Itu buku luar biasa.
Buku itu membuat saya nekad jadi agen asuransi, yg tidak dpt gaji bulanan.
Buku itu meyakinkan saya yang rendah diri, sangat ngak pede, bahwa tiap org itu punya potensi sukses, sekurang apapun dia sekarang.
Buku itu menulis banyak kisah orang biasa, yang akhirnya menjadi seseorang yg bisa dicontoh, karena ia MAU!

Saya sangat menyukai buku.
Pencinta buku, yang kalau lagi di Gramedia suka lupa diri.
Saya juga punya cita cita, jadi penulis, tapi sampai sekarang belum nulis 1 buku pun,  hahaha...
..
Saya suka menulis, tapi sering ngak yakin tulisannya bagus, sering merasa takut tulisannya jelek dan tidak dihargai.
Apalagi ketika tempo hari saya menulis tentang Bali.
Busyet deh... Perasaan ngak enak benar setelah dibroadcast.
(Tapi, tahu ngak, ternyata besoknya, hari minggu, Kompas juga menurunkan berita tentang kondisi pantai Kuta, yang mirip dg yang saya tulis sebelumnya.)

Selama ini, sering saya ditakuti oleh pikiran2 saya sendiri. Belum apa apa, saya sudah menghakimi tulisan saya sendiri.
Belum ada yang nolak, saya sudah menolak diri saya sendiri.

Bayangan ketidaknyamanan sering datang ketika saya ingin membroadcast tulisan.
Macam macam pikiran yang muncul.
Pada suka ngak ya?
Tulisannya bagus ngak ya?
Ini tulisan aneh ngak sih ya?
Dll....

Satu satunya hiburan, adalah buku buku inspiratif.
Yg mengingatkan saya:
hei... BANGKIT!
Kadang kita buat kesalahan, itu NORMAL.
Itu karena kita manusia yang masih hidup!
Kalau merasa punya talenta menulis, maka MENULISLAH dan tunjukkan pada pada dunia bahwa kau ..... ADA!
Kata orang bijak,
Salah satu cara kita berterima kasih karena kita telah diciptakan,
adalah dengan memenuhi talenta kita.
Kalau ada yang masih kurang bagus, perbaiki!
Ini masih lebih bagus daripada tidak pernah menulis satu kata pun.
Hehe....

So, terima kasih untuk para pengarang, yang telah jadi sahabat saya.
Juga Anda, yang tetap membaca tulisan saya sampai saat ini....


Teman

       TEMAN
       
Di antara ratusan teman,
hanya sedikit yang benar benar bisa membuat kita menjalin percakapan yg 'tek tok'
full dengan kelucuan dan tawa.

Beruntung, saya punya 3 teman seperti itu.
Salah satunya, bernama Sari.
Sari berperawakan kecil, kurus, mungil. Wajahnya tirus dan berambut panjang.
Sayang, umurnya tidak panjang.
Tahun lalu, sebelum lebaran menjelang,
 ia menghembuskan napas terakhir di rumah sakit dengan kondisi koma dan gawat.
Sehari sebelum ia pergi, saya menjenguknya.
Perasaan saya remuk redam bercampur takut.
Saya belum pernah melihat orang koma.... Selain nenek saya sendiri beberapa tahun sebelumnya.

"Sari... Sari... Ini aku.... Priska. Kamu bisa dengar saya...?"
Dia diam saja.
Napasnya sulit.
Aku memegang tangannya.
Kurus sekali. Benar benar tinggal tulang dan kulit.
Biasanya, saya akan mengejeknya...... Dia begitu kurus, hingga tinggal tulang dan kentut.

Pagi ini.....
Ketika saya melintasi kuburan Tanah Kusir, seperti pagi sebelumnya....
Saya teringat pada Sari.

Betapa banyak Sari kita yang terkubur di sana.
Betapa banyak air mata yang tertumpah saat kita mengantar kepergian mereka.
Betapa banyak persahabatan terukir bersama nama mereka di nisan.

Kemudian,
Saya melihat kehidupan ini.
Semasa kita hidup...
Semasa kita masih diberi napas....
Betapa banyak kali kita tidak menghargai hidup ini dan orang orang yang diberikan kepada kita.
Anak kita, suami atau istri kita, orang tua kita, guru kita, teman kita, mertua kita, ipar kita, tetangga kita, staf kita, pembantu kita,..... Semuanya!

Tiba tiba saya teringat, sebuah artikel menulis...
" Jika kamu bertengkar, coba lihat baik baik, apakah masalah itu masih akan sangat penting 40 tahun kemudian. Jika tidak, lupakan dan maafkanlah saja."
Begitu cara menghargai hidup yang sederhana ....

Tulisan ini dibuat untuk semua sahabat... Dan mereka yang sedang mencari sahabat....


Selasa, 17 Mei 2011

Reward of Giving


Reward of Giving

"Ok. Saya berangkat.
Saya akan bantu".

Saya tidak mengerti, mengapa begitu spontan saya memutuskan untuk pergi ke Pontianak, waktu Om saya menelepon, memberitahu bahwa putrinya akan menikah minggu depan.

Kenal putrinya juga tidak.
Kami tidak bertemu sudah 25 thn lebih. Saya cuma merasa, saya perlu pulang ke Pontianak untuk membantu Om saya.
Karena kalau tidak, berarti, dari pihak pengantin putri, hanya ada 2 orang yang hadir.
Ayahnya dan abangnya.
Kan miris banget....
Tidak ada mamanya, tidak ada family yang lain.

Saya sudah pernah merasakan, betapa sedihnya,
waktu menikah, orang tua saya tidak hadir,
hanya 4 kerabat dan sejumlah kecil teman kantor yang hadir.
Selebihnya, ratusan yang lain adalah tamu dari pihak suami.
Sedih rasanya waktu itu....

Regina Brett dalam bukunya, Tuhan Tidak Pernah Tidur,
Mengatakan, masa kanak kanak kita memang tidak pernah kembali.
Tapi, kita tetap bisa menciptakan masa kanak kanak kita sendiri, sekarang!
Buat saya,
pengalaman saya dulu menikah tanpa orang tua dan kerabat dekat hadir,
saya 'lunasi' dengan membantu sepupu saya tersebut.
Paling tidak, sewaktu dia 'dilepas' untuk tinggal dengan pihak suaminya,
saya ingin ia merasa 'diantar' oleh sejumlah kerabatnya.

Kata orang, dibalik sebuah perbuatan, selalu ada balasan.
Benar saja, dalam perjalanan 3 hari ini, saya mendapat pengalaman yang seru dan tidak terduga.

Rumah pengantin pria terletak di pinggir sungai, sebagian rumahnya benar benar bawahnya adalah air sungai. Lantai rumahnya terbuat dari susunan papan, yang beberapa tempatnya bolong bolong. Sehingga waktu kita berjalan, bisa lihat air sungai coklat di bawah lantai rumah. Kalau coin duit 500an jatuh, plung...! Langsung ditelan sungai, hehe....seru!

Tidak ada jalan darat menuju rumah tersebut, jadi kami naik ke atas perahu.
Tepatnya, berdiri di atas atap perahu sungai untuk menyeberang !
Seumur umur, belum pernah, hehe..!

Keluarga pengantin pria terlihat sangat dekat satu dengan lain.
Mereka gotong royong memasak makanan pesta.
Dan pasti masaknya banyak, karena undangannya dari jam 11:00 sampai jam 7 malam!
Sekampung pada datang. :)
Ini adalah pesta yang asyik, karena tidak dikejar kejar batas waktu pengelolah gedung.

Yang surpraise buat saya, makanannya eunaaaak banget dan khas Pontianak!
Ada ayam masak arak, kacang polong cah ayam, sosis udang (he keng), sate, kari ayam, dll.
Kalau mereka buka rumah makan di Jakarta, pasti laris rasanya.
Yummy banget..!

Jadi siapa yang senang atas pulangnya saya ke Pontianak,
yang rencana awalnya adalah 'membantu saudara'?
Tentu saja saya.
Karena kalau ngak ke sana, saya tidak pernah akan mendapat pengalaman seru seperti itu.
So, don't afraid to give.
You will get something bigger.

Happy wedding, my dear cousin.
I wish you happy.....:)






Selasa, 10 Mei 2011

Perang


Saya sedang menonton DVD 'The Last Valentine' ketika Sekar, anak saya yang berusia 6,5 thn,  masuk ke kamar dan bertanya tentang cerita film tsb.

Film itu menceritakan seorang  wanita yang ditinggal tugas oleh suaminya yang pilot AS, pas pada hari Valentine. Dan ia dgn setia, duduk menunggu kepulangan sang suami di peron kereta api pada setiap hari Valentine, selama 50 thn!

Karena ada secuplikan adegan perang, mulailah anak saya bertanya tentang perang.
"Mami, kenapa sih orang berperang?"
"Indonesia pernah perang ngak?"
"Indonesia pernah perang sama Malaysia ngak?"
"Indonesia pernah perang sama Singapura ngak?"

Dan karena dalam film tersebut ada adegan tentara Jepang menembak orang AS, anak saya juga bertanya, "kenapa sih orang Jepang berperang dengan Amerika ?"

"Karena Jepang ingin menguasai negara lain dan Amerika tidak suka," jawab saya sekenanya.

"Kenapa Jepang ingin menguasai negara lain?" tanyanya lagi.

"Karena waktu itu Jepang negara miskin", jawab saya (moga2 benar jawaban ini, doa saya)

"Orang berperang, karena ingin sesuatu yang bukan miliknya.
Karena greedy, serakah", lanjut saya.

Lalu komentar anak saya begini :
"Indonesia juga miskin, Mami.
Tapi, tidak berperang.
Karena orang Indonesia patient (sabar).
Working hard.
That is why I like Indonesia.

Orang perang karena tidak patient, tidak mau working hard, Mami..."

Hehe... Nah lo, pintaran anak saya daripada saya.

Benar ya...,
Jika ada orang miskin, tapi dia tetap sabar dan kerja keras, tidak serakah, maka tidak ada perang. Tidak ada rebutan ini itu, tidak ada penderitaan, pembunuhan, kesengsaraan karena pertikaian.

Kita sering ya, tidak sabaran. Maunya instant.
Banyak pertikaian dan masalah muncul karena kita kurang sabar.

Kurang sabar di jalan, akibatnya kita mulai serobot kiri kanan, kadang baret in mobil sebelah, akhirnya antar pengemudi turun dari mobil dan berkelahi.

Kurang sabar mencari tong sampah, kita main buang aja itu bekas tissue, bekas botol air kemasan, bekas bungkus makanan, sehingga sampah di mana mana.

Kurang sabar antri toilet, antri tiket, antri di kasir, kita menciptakan peluang membuat orang lain dirugikan.

Untuk urusan 'tidak sabaran' yg level tinggi, mengakibatkan kebiasaan korupsi, nepotisme, suap, proyek jadi jadian, sampai perang antar negara...


Sesederhana itu kah,
semua masalah ini karena kebanyakan dari kita ternyata......
"Kurang sabar  dan tidak suka kerja keras .... " ??
:)

Please Forgive Me ...

      
Saya membaca ulang tulisan saya yang tentang Bali.
Dan.... Oh.... I feel so bad about that.
Seharusnya saya tidak boleh berkomentar terlalu sensitif seperti itu.
Cinta saya pada pulau ini, tidak seharusnya selalu dilihat dari sudut pandang saya saja.
Cinta saya pada Bali, mestinya dikembalikan dalam bentuk MENERIMA ia apa adanya.
Memang begitulah.... Apa adanya.

Semenjak kecil,
Bali selalu diceritakan sebagai pulau penghasil devisa pariwisata terbaik di Indonesia.
Magnet bagi dunia untuk berduyun duyun ke Indonesia.
Malahan, dulu, Bali lebih dikenal daripada Indonesia....
Cerita ini menciptakan keinginan untuk anak anak yang dilahirkan
Sejaman saya, bahwa Bali adalah the best and the most beautiful island you have to visit.
Kalau bisa libur ke Bali.... Adalah suatu kemewahan luar biasa  untuk jaman saya.
Ya benar.... Kita berharap banyak sekali untuk Bali.

Maafkan saya, Bali.
Kecintaan saya, seharusnya tidak dengan membebanimu dengan semua persyaratan saya.

Dan tiba tiba...
Saya teringat pada kebiasaan saya yang lain....
Kecintaan saya pada seseorang atau sesuatu, membuat saya membebani dia dengan banyak persyaratan dengan saya.

karena saya cinta dia,
Karena saya sayang dia,
Karena saya perhatian pada dia,
Maka saya ingin dia sempurna di mata saya.
Saya ingin dia begini, saya ingin dia begitu...
Dan semua hal ini ... Oh... Kadang menciptakan percikan perselisihan.
Karena kita ingin mencipta,
Karena kita ingin mengkontrol, hanya dari sisi kita.
Hanya dari sudut mata kita.

Saya masih harus banyak belajar tentang unconditional love,
Cinta tanpa menuntut....
Cinta dengan menerima ia apa adanya ......
Karena...
Semua bisa berubah....
Tidak kekal....


Kalau dulu ia pernah baik, cantik, menarik, perhatian, simpatik
Dan sekarang dia menjadi kurang baik, kurang cantik, kurang menarik, kurang perhatian, kurang simpatik.....
Ini hanya sementara....
Karena semua di dunia ini BERUBAH
Tidak kekal....
Anicca.....

Ya, saya harus belajar lebih banyak untuk seperti itu.
Menerima dan menyadari Anicca....

Terima kasih, Bali.
Thank you for this valuable learning.....


Bali

           " BALI.... Oh... BALI...."
           


Baru saja meditasi 7 hari selesai siang ini.
Sore, di Kuta, saya merasa kangen dengan kesunyian Baturiti, pusat meditasi Bali Usada yang barusan kami tinggalkan.
Di rumah itu......
Semua teratur dan damai.
Sederhana.

Saya berjalan di sepanjang Kuta.
Melihat matahari yang mulai hilang di ujung horison.
Orang orang duduk bersantai di pantai. Sebagian berjalan menikmati pasir.
Saya merasa begitu sunyi, sendirian....

Terbesit, saya menyesal extend sehari di sini. Tidak punya teman, tidak punya tujuan jelas.

Hanya karena ngak mau rugi sudah beli tiket ke Bali, saya bersikeras, ingin nginap sehari lagi. Waktu itu, saya berpikir, walau sendiri, tak apalah.
Tapi sekarang.... Hik! Sedihnya...
Benar-benar seperti anak hilang di pantai Kuta.....

Entah kenapa, saya sedih melihat Kuta.
Sepanjang perjalanan arah airport Ngurah Rai ke Kuta, saya melihat banyak cafe, resto, hotel, toko, turis centre (bukan pusat info utk turis, malah lebih tepatnya tempat jualan paket jalan jalan), dll; dan kita, anak Indonesia....  adalah pelayan.
Para turis, mayoritas orang asing, menurut saya, sangat seenaknya. Berpakaiannya ngak keruan.
Dan kita, anak Indonesia .....  berdiri di pinggir jalan, berseru seru menawarkan macam macam barang untuk piranti hidup.

Di Kuta, anak anak, berusia, mungkin 6 - 10 thn, berkulit gelap dan berambut kusam, menjajakan jasa kepang rambut.
Orang yang dewasa, menawarkan tatto, kepang, makanan kecil, lebih tepatnya rada memaksa ke para turis utk membeli dari mereka.
Mengganggu.
Pasir di pantainya kotor dengan sampah. Masih jauh lebih cantik pantai Pasir Panjang di Singkawang Kalimantan Barat.
Duh... Apa yang dijual sih di Kuta ini?
Ada yang lain ngak, selain cafe dan resto, kios souvenir dan Tatto?
Pantai yang cantik, kemana dikau sekarang?

Tujuh hari yang lalu, waktu tiba pertama di Sanur, Bali, saya terkagum kagum dengan orang Bali. Betapa religiusnya mereka.
Lihat saja sesajen yang mereka letakkan di depan tiap rumah.
Mereka rajin sembahyang.
Dan saya jadi malu sama diri sendiri... Jarang ke gereja hehe...

Namun, hari ini, di obyek wisata Sanur dan Kuta..... Saya melihat orang Bali yang berbeda.
I don't think they have hospitality like we heard before.
Senyumnya pelit sekali.
Waktu di warung nasi, pelayannya seperti ngak butuh pembeli. Tukang parkirnya juga saklek.
Saya ingat sekali, waktu SD, kita dikasih tahu para guru dan buku, orang asing suka ke Bali, karena orang Indonesia ramah ramah.
Kita menjual senyum dan kerendahan hati untuk melayani.

Tapi kini..... Well...beda ya.
Saya jadi berpikir, apakah ini karena saya turis lokal, bukan turis asing yang loyal dollar? :)

Oh, My Bali....


By: Priska Devina H.
Masa Inn, Kuta, 16 April 2011.

Minggu, 08 Mei 2011

Chapter in Life

          "BABAK DALAM HIDUP"
         (By Priska Devina H)


Umur saya 39, sebentar lagi 40.
Rasanya, tidak pernah saya merasa begitu hidup, selain beberapa tahun terakhir ini.

Banyak sekali peristiwa yang rasanya menyiapkan saya menuju sesuatu yang jauh lebih besar.

Tidak tahu kenapa, saya sering merasa usia 40 adalah suatu babak baru, sebuah pintu, menuju arah yang jauh lebih cemerlang, lebih istimewa.

Saya rasa,
Setiap orang juga punya babak tertentu dalam hidupnya.

Pernahkah anda renungkan,
babak apa saja yang telah anda lewati?

Peristiwa apa saja yang telah jelas jelas mengubah hidup anda?
Apakah saat  anda lebih memilih si A sebagai pasangan hidup, dan bukan memilih si B ?
Apakah saat anda memutuskan untuk kuliah di Universitas A dan bukan universitas B?
Apakah ketika anda dengan berani memutuskan memilih pekerjaan A dan bukan pekerjaan B ?

Atau,
Ketika membaca sebuah buku istimewa yang mengubah misi hidup anda ?
Menghadiri sebuah seminar yang tak terduga ?
Bertemu dengan teman tertentu ?
........... Dstnya

Dan bila kita melatih diri lebih peka, kita juga bisa merasakan akan adanya 'babak baru' dalam hidup yang akan datang.

Yang mungkin akan ada di bulan depan, tahun depan, 5 tahun lagi, atau 8 tahun lagi....?

Keyakinan akan babak baru, menurut saya, sangat penting, karena ia menciptakan HARAPAN dan semangat.

Menghadirkan keteguhan saat kita melempem ditempeleng kesusahan,
menyalakan sebuah sinar di kala gelap kesedihan memeluk.

Mendorong kita secara tidak langsung, terkoneksi dengan semesta, sehingga, tanpa terasa, ada saja ide ide yang muncul pop up di pikiran kita tanpa terduga.

Teman,
mumpung, hari libur masih sehari lagi, daripada nonton tv seharian, atau ke mal habisin duit, kalau sedang senggang, silakan renungkan, apakah Anda merasakan panggilan Babak Baru dalam hidup anda ?

Karena,
Babak baru adalah harapan, mimpi, optimisme kita....
Bahan bakar untuk kita tetap gembira menghadapi hidup ini.....

Selamat Paskah, untuk yang merayakan....

Salam,
Priska Devina H
@serpong, 23 April 2011.

MIND

     " M I N D  ..... "
    (By Priska Devina H)


Aku akan pergi, seminggu.
Kau tak akan melihat ku, sampai tujuh hari berlalu.
Kalau kau tanya perasaanku....,
Akan ku katakan pada mu, seperti mau mati saja aku ini.
Karena dalam seminggu aku tidak bisa kau hubungi.
Mau lewat email, BBM, sms, telp, surat, anything you mention..... Aku ngak akan punya akses itu.
Karena.... Begitulah peraturannya jika ingin mengikuti workshop meditasi ini.

Semenjak kemarin,
Kesedihan sudah menggantung di sudut hatiku.

Dan pada saat menjelang berpisah dari suami dan anakku di bandara Soekarno Hatta, kusembunyikan isak ku dalam senyum dan lambaian tangan.
Kulihat suamiku, orang yang emosinya paling tenang yang pernah kutemui, juga tidak berhasil menyembunyikan semburat kesedihan akan berpisah.

Beberapa tahun terakhir ini, frekwensi bepergianku cukup tinggi.
Dan aku jarang sesedih ini.
Namun ini lain.
Aku bukan mau ke Eropa atau Amerika. Hanya ke Bali saja!
Tapi... Hik.... Seminggu aku mesti puasa memakai semua alat komunikasi.

Itulah kawan.... Kenapa aku bilang sedihnya seperti mau pergi selamanya...
Karena dalam karantina seminggu ini, aku tidak bisa menyentuh semua alat komunikasi. Dan itu ..... begitu menakutkan.

Setiap hari, kita sudah terbiasa lebih intim ke HP daripada manusia sebenarnya.
Mulai dari mata baru melek sampai mau terlelap, kita sibuk mengecek email, sms, BBM, chat, dkk di hp kita.
Setiap detik.... Kita serasa bisa terhubung dengan orang lain, dimanapun dia berada.
Anda di Jakarta, dia di Bandung, Pontianak, Papua, Hong Kong, ataupun Eropa... You can still contact them.

Kata Ajahn Brahm, si biksu paling ramah sedunia, yang berat itu sebenarnya bukan melakukannya, tapi MEMIKIRKANnya yang buat ia terasa berat.
Benar...!
Karena belum juga berangkat, ketakutanku tidak bisa terhubung dengan orang orang terkasih selama aku di workshop...... Sudah begitu mencekam.

Anakku memelukku erat ketika mengantarku di pintu masuk check in Bandara.
Kecemasanku makin meningkat.
Bagaimana kalau ini adalah pelukan terakhirku?
Bagaimana kalau aku tidak bisa bertemu keluarga ku lagi?

Apalagi....
Saat pesawat take off...
Ketakutanku makin menggila.
Itu pilot Lion nya menyupiri nya kenceng banget!
Pesawat bergoyang goyang mulai dari take off sampai dia sdh pada ketinggian stabil saat sabuk tempat duduk sudah bisa dilepaskan.
Ini pesawat apa bis kota ya..? Seruku sebal dalam hati.
Belum pernah saya merasakan take off yang begitu mengerikan.
Ngak beda jauh dengan naik metromini tanah abang yang lagi kejar setoran!
Dalam beberapa detik, saya merasa jadi Priska paling religius, soalnya saya sibuk berdoa... Haha..

Ternyata saya takut mati juga ya...:)
Berbagai macam pikiran keluar masuk.
Mulai dari imajinasi pesawat yang tabrakan seperti dalam games tembak tembakan, lalu pesawat meledak, dan konyolnya..... Aku termasuk yang ada di dalamnya... Brrrrr...!
Sampai pada asuransi 1 milyard yang baru kutambahkan ke polis pribadiku.
Pasti ngak bisa klaim kalau ada apa apa. Wong baru proses kemarin - belum disetujui.

Sekarang....
Masih di pesawat,
Aku mengetik semua ini dgn tersenyum.
Alangkah konyolnya semua pikiran ini.
Yang bikin kita cemas, khawatir, tidak tenang, mayoritas bukanlah yang terjadi diluar kita.
Tapi lebih pada pikiran pikiran yang bermain di dalam sini.
Karena... Sekarang semua kecemasan saya sudah jauh berkurang.
Pesawat sekarang sudah lebih tenang, saya sudah setor ke toiletnya, dan bentar lagi mau istirahat, melunasi tidurku yang hanya 3 jam tadi malam, karena sibuk beresin PR dan packing sampai jam 4 dini hari.

Well.....I am coming, Bali...!
I see you when I reach Jakarta and my HP again..!

I wish you happy and healthy.
Have a beautiful sunday... :)

In the air of Jkt-Bali
@ Lion Air, 10 April 2011
Priska DH.