Rabu, 14 September 2011

Diary of Sept 14, 2011

Saya akan menulis.... Sampai tua.
Sampai saya tidak bisa berpikir lagi...

Saya beruntung punya suami yang mendukung.
Dia mendukung banyak hal, dalam hidup saya.
Walaupun, well... Ada juga beberapa ide gila saya yang dia ngak acc.

Salah seorang teman saya berkomentar, Hidup kamu enak banget sih.
Seminggu di Bali.
Seminggu di Pontianak.
Lalu entar ke Surabaya. Ngak usah jaga in anak ya.
Hihihi....

Sebenarnya,
Apa sih yang kamu mau dalam hidup ini, Priska?
Beberapa teman saya bertanya pada saya dengan gusar.
Wong saya kelihatannya mencla menclok.
Ngak fokus, itu kata mereka.
Kerjaannya ikut seminar aja….!
Capai prestasi apa kek di kerjaan.
Dapat award apa kek di kantor.
Masak orang sebagus loe, produksi omzet segitu gitu aja?
Saya cuma mesem aja dibilangin gitu.
Soalnya, mereka benar sich.
Di kantor, saya ngak masuk dalam top 10 best producer di sana.
Padahal, asal tahu aja, di alam saya kerja, yang namanya omzet atau pencapaian adalah segala galanya. Adalah dewa di sana.
Kalau mau terkenal cepat, capailah omzet setinggi mungkin.
Pasti deh segera beken.

Dan kalau mau terdepak cepat, maka bermalas malasan lah.
Maka dengan sekejap, dikau akan dicuek in sampai di ujung dunia.
Oalaaah... Segitu amat ya.
Hehe... Ini agak berlebihan memang.
Tapi ada benernya, dikit....

Balik lagi soal apa yang saya inginkan dalam hidup ini.
Saya juga bingung .
Saya lagi nyari juga nich.
Help....!
Menulis,
Membantu saya melepaskan semua tekanan –
kiri kanan- atas bawah-depan belakang
Tentang apa yang mesti saya capai
Tentang bagaimana seorang Priska dimata orang orang seharusnya
Tentang siapa Priska seharusnya menurut versi mereka
Capek dech…..

Tapi saya yakin, bukan cuma saya yang mendapat tekanan seperti ini.
Beberapa dari anda juga khan….?
Kalau ngak, ngak mungkin anda begitu iseng mau luangkan waktu membaca blog gado gado seperti ini, hehe….
Senasib….
Kalau tidak, ya ngak apa apa.
Congratulation. You have your vision. And that is good, guys!
And me now…..
I will keep looking…. My purpose of life
Wish me luck…!



by: Priska dh
serpong

Antisipasi


“Yang membuat kita takut dan sakit, adalah antisipasi dari suatu kejadian”

Ajahn Brahm melalui bukunya -Si Cacing dan kotoran kesayangannya 1- menjelaskan dengan sederhana analogi tersebut.

Seorang biksu, mencabut giginya sendiri,
dengan tang, tanpa obat bius
(iyalah, di hutan belantara Thailand yg terpencil, mana ada stok obat bius).
Dia mengambil tang,
masuk ke pondok,
keluar lagi dengan giginya sendiri yang terjepit di tang,
dengan beberapa eceran darah segar tentunya.

Waktu ditanya, sakit nggak..?
Dia menjawab:  
waktu saya mengambil tang di kotak perkakas, tidak sakit.
Lalu saya berjalan ke dalam pondokan, bersiap siap mencabut gigi tsb, tdk sakit.
Waktu saya membuka mulut saya dan tang saya masukkan ke dlm mulut, saya juga tdk merasa sakit.
Waktu tang menjepit gigi, mengoyang goyangkan gigi tsb, dan crot... gigi tercabut, ya... Itu ada rasa sakit. Tapi ngak lama, paling banter 5 menit aja.
Sekarang, gigi yang sakit sudah tidak ada, rasa sakit karena bekas cabutan juga sudah reda...

Well.....
Kalau kita bagaimana ya...?
Membayangkannya saja sudah amit amit rasanya, hehe...
Itulah yang namanya ANTISIPASI.
Itulah yang membuat kita menciptakan rasa sakit dan takut, jauh sebelum rasa sakit yang sebenarnya muncul.

Lalu, saya ingat....
Ketika saya pergi prospek,
Bertemu dengan seorang kaya dan sukses luar biasa.
Dia pasti jauh lebih pintar dari saya, itu pikiran saya.
Buktinya.... Dia lebih berhasil, lebih hebat dari saya.
Mobil saya satu, Levina, itu pun cicilannya belum lunas.
Dia ….. memakai alphard.

Rumah saya harganya Rp 350jt, belum lunas lagi.
Dia….. selain punya ruko beberapa,
rumah yang sekarang ditinggalin bersama keluarganya berharga diatas 3 Milyard.

Saya, mengajak keluarga berlibur ke Singapura saja, mikir bolak balik.
Dia…..setahun dua kali, rombongan sama mertua dan orang tua, beserta family, melancong sampai Eropa.

Jadi....
Saya sama dia.... Wah, jauh sekali!

Semua pertimbangan
dia lebih ini, dia lebih itu,
membuat saya semakin minus nilainya.
Sehingga ke PD an saya pun drop.
Akibatnya, saya jadi takut ngak selevel dia.
Saya jadi takut ngak lebih pintar dari dia.
Saya sibuk antisipasi kekhawatiran saya.
Dan pada saat ketemu dia, saya sibuk mempersiapkan jawaban saya, tanpa benar-benar mempersiapkan hati, pikiran dan telinga saya untuk mendengarkan dia.

Alhasil, anda sudah tahu Saudara2....
Saya gagal pada presentasi saya...
Karena ketakutan saya sendiri....
Karena saya... Sibuk melakukan antisipasi…..


by : priska dh
serpong, 13 sept 2011
the diary