Selasa, 10 Mei 2011

Bali

           " BALI.... Oh... BALI...."
           


Baru saja meditasi 7 hari selesai siang ini.
Sore, di Kuta, saya merasa kangen dengan kesunyian Baturiti, pusat meditasi Bali Usada yang barusan kami tinggalkan.
Di rumah itu......
Semua teratur dan damai.
Sederhana.

Saya berjalan di sepanjang Kuta.
Melihat matahari yang mulai hilang di ujung horison.
Orang orang duduk bersantai di pantai. Sebagian berjalan menikmati pasir.
Saya merasa begitu sunyi, sendirian....

Terbesit, saya menyesal extend sehari di sini. Tidak punya teman, tidak punya tujuan jelas.

Hanya karena ngak mau rugi sudah beli tiket ke Bali, saya bersikeras, ingin nginap sehari lagi. Waktu itu, saya berpikir, walau sendiri, tak apalah.
Tapi sekarang.... Hik! Sedihnya...
Benar-benar seperti anak hilang di pantai Kuta.....

Entah kenapa, saya sedih melihat Kuta.
Sepanjang perjalanan arah airport Ngurah Rai ke Kuta, saya melihat banyak cafe, resto, hotel, toko, turis centre (bukan pusat info utk turis, malah lebih tepatnya tempat jualan paket jalan jalan), dll; dan kita, anak Indonesia....  adalah pelayan.
Para turis, mayoritas orang asing, menurut saya, sangat seenaknya. Berpakaiannya ngak keruan.
Dan kita, anak Indonesia .....  berdiri di pinggir jalan, berseru seru menawarkan macam macam barang untuk piranti hidup.

Di Kuta, anak anak, berusia, mungkin 6 - 10 thn, berkulit gelap dan berambut kusam, menjajakan jasa kepang rambut.
Orang yang dewasa, menawarkan tatto, kepang, makanan kecil, lebih tepatnya rada memaksa ke para turis utk membeli dari mereka.
Mengganggu.
Pasir di pantainya kotor dengan sampah. Masih jauh lebih cantik pantai Pasir Panjang di Singkawang Kalimantan Barat.
Duh... Apa yang dijual sih di Kuta ini?
Ada yang lain ngak, selain cafe dan resto, kios souvenir dan Tatto?
Pantai yang cantik, kemana dikau sekarang?

Tujuh hari yang lalu, waktu tiba pertama di Sanur, Bali, saya terkagum kagum dengan orang Bali. Betapa religiusnya mereka.
Lihat saja sesajen yang mereka letakkan di depan tiap rumah.
Mereka rajin sembahyang.
Dan saya jadi malu sama diri sendiri... Jarang ke gereja hehe...

Namun, hari ini, di obyek wisata Sanur dan Kuta..... Saya melihat orang Bali yang berbeda.
I don't think they have hospitality like we heard before.
Senyumnya pelit sekali.
Waktu di warung nasi, pelayannya seperti ngak butuh pembeli. Tukang parkirnya juga saklek.
Saya ingat sekali, waktu SD, kita dikasih tahu para guru dan buku, orang asing suka ke Bali, karena orang Indonesia ramah ramah.
Kita menjual senyum dan kerendahan hati untuk melayani.

Tapi kini..... Well...beda ya.
Saya jadi berpikir, apakah ini karena saya turis lokal, bukan turis asing yang loyal dollar? :)

Oh, My Bali....


By: Priska Devina H.
Masa Inn, Kuta, 16 April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar