Selasa, 14 Juni 2011

D O A

******************************
                    D O A
     (By Priska Devina H)

Jakarta.
Pukul 16:23.

"Ambil joki aja, Pak," pinta saya ke supir.
Mending bayar Rp.15.000; daripada ditangkap polantas karena melanggar 3in1 di jalan Sudirman.

Supir sudah tahu, kalau milih joki, saya lebih suka yang wanita.
Rasanya lebih aman.

Seorang wanita muda, mungkin usia 20an, masuk ke mobil saya,
duduk di kursi depan, samping supir.
Ia menggendong seorang bayi mungil bertopi rajut kuning.
Itu benar2 masih bayi....

Di luar, hujan gerimis,
ac mobil makin dingin, krn suhu menurun.
Bayinya mulai gelisah.
Si ibu muda tampak tidak enak, krn bayinya merengek pelan.
Mungkin lapar, mungkin juga karena dingin ac mobil.

Saya melirik keluar jendela.
Ada banyak joki di sana, mengacungkan tangan, menawarkan jasa 3in1.
Tidak sedikit anak balita dan bayi dibawa serta sang ibu joki.

Bayi di depan saya,
juga bayi bayi joki lain yang pernah saya lihat di hari sebelumnya....
adalah bayi yang sama dengan bayi artis terkenal,
bayi politikus kaya,
atau bayi pengusaha sukses,
atau bayi saya sendiri ......

Hanya saja, nasib tak sama.
Yang ini harus ikut ibunya.
Pagi dan sore,
dalam gendongan ibunya yang berdiri di tepi jalan.

Semoga ada yang iba melihat dia,
sehingga ibunya lebih cepat mendapat orderan joki.

Kita tak bisa memilih terlahir dari rahim siapa.

Ada yang lahir, dijemput dengan helikopter pulang ke kastil mewah,
ada yang upacara kelahirannya saja super meriah seperti kawinan,
lengkap dengan pengasuh bergaji tinggi untuk merawatnya.
Tapi ada juga yang.... ya seperti bayi joki di depan saya ini.

Lalu saya ingat, bayi yang lain.
Bayi yang disuapin di trotoar pemisah jalan,
karena dipakai untuk media mengiba para peminta- minta.
Atau bayi yang agak besar, yang sudah balita,
dan diajar untuk menjulurkan kaleng atau ngamen sekenanya di perempatan lampu merah.

Di bawah terik siang atau gerimis,
menyelip di antara deru knalpot mobil dan motor,
bertelanjang kaki...

Kalau itu anak kita......tak terbayangkan!
Atau.... kita sendiri dulu...?

Aiyooo.....!
Mungkin ini salah satu hal yang kadang sering saya lupa syukuri.
Lahir dari rahim ibu yang berkecukupan....

Tak ada yang bisa memprediksi nasib orang di kemudian hari,
dan kita tahu,
kemiskinan dan kesulitan di awal bukan berarti akan miskin seumur hidup.

Oleh karena itu,
Semoga saja kau, Nak,
dan teman teman mu yang lain,
yang saat ini masih di pinggir jalan untuk sesuap nasi,
suatu ketika kelak......
Semoga kau jadi orang berhasil, punya mobil sendiri, rumah sendiri.
Dan punya anak ..... yang lahir dari rahim yang berkecukupan ....

Sudirman, macet luar biasa.
31 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar