Selasa, 14 Juni 2011

Catatan Juni 2011

------------------------------
Catatan Juni 2011
By: Priska Devina H

Setelah hampir 10 kali turun dari mobil untuk bertanya pada orang,
akhirnya, sampai juga saya di rumah Bu Rosa (bukan nama sebenarnya).

Saya belum pernah ke daerah Jembatan hitam,
karena itu tidak heran, sampai salah jalan segala.
Saya belum pernah bertemu Bu Rosa sebelumnya.
Beliau menelepon saya,
karena ingin mendapat info lebih lanjut tentang asuransi untuk anaknya.
Seorang nasabah yang berbaik hati, mereferensikan nama saya padanya.

Jalan menuju rumah Bu Rosa sempit dan padat.
Tidak ada tempat parkir, oleh karena itu,
 Levina silver saya terpaksa parkir di pinggir rel kereta api.
Sampai was was rasanya....
Tapi kata tukang parkirnya, ngak usah khawatir,
dari beberapa rel ini, hanya satu yang aktif, yang paling ujung, katanya.
Oooh....

Dengan diantar tukang parkir, saya menuju rumah Bu Rosa.
Sepanjang jalan ke sana, saya merasa dilihatin oleh para penduduk sana.
Mungkin belum pernah ada makhluk seperti saya di sana hehe...

Akhirnya saya tebar senyum sana sini, sambil bilang "Permisi Pak, Permisi Bu, Permisi Dek...."
Soalnya rumah Bu Rosa masuk masuk ke gang kecil, yang hanya cukup untuk lewat 1 motor. Seperti labirin lokasinya.
Mirip dalam film film Christina Hakim, kalau ceritanya tentang manusia urban Jakarta yang padat penduduk.

Pemukimannya sungguh padat dat.
Semua orang pasti saling kenal di sini, pikir saya.
Karena rumahnya benar2 berdempetan. Akrab bener.....

Anak anak, mulai dari yang telanjang kaki,
telanjang beneran,
hidung ingusan,
sampai yang merengek rengek minta uang jajan sama ibunya,
adalah pemandangan sehari hari.

Pekerjaan saya sebagai agen asuransi,
memberi saya kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang yang berbeda karaktek, berbeda kondisi, berbeda pola pikir.

Namun Bu Rosa..... She really surprise me.
Awalnya, dia agak sungkan kelihatannya waktu mempersilakan saya masuk.
Saya sih biasa biasa saja.
Saya malahan enjoy dengan pengalaman baru saya. 
Jarang jarang saya bisa main ke pemukiman seperti ini.
Beliau minta maaf, karena kami terpaksa duduknya di lantai.
Sofanya penuh dengan aneka barang, mulai dari tas sekolah anak, buku, gulungan karpet, majalah lama, dkknya.
Tidak ada meja tamu.

Beliau seorang guru matematika.
Sudah mengajar semenjak tahun 1985.
Suaminya saat ini bekerja sebagai supir angkutan umum.
Anaknya ada 3 orang, yang paling kecil, berusia 5 tahun.

Saya bertanya padanya, kenapa ia ingin mempunyai asuransi?
Bu Rosa menunjukkan kaki kanannya.
Ada bekas luka besar di sana.
Tiga tahun lalu, sepulang dari mengajar les,
ojek motor yang ia tumpangin menabrak mobil.
Akibatnya dia jatuh, terluka cukup parah, terutama kakinya.
Sampai sekarang, kalau berjalan, kaki kanannya tidak bisa kembali normal.
Biaya RS dia peroleh setengah dari bantuan sekolah tempat ia mengajar,
sisanya ia mengorek tabungannya,
sebagian ia juga sempat dibantu oleh ortu dari murid lesnya.

Dari sana ia mulai berpikir,
bagaimana jika terjadi hal yang leboh buruk padanya?
Bgmn dgn sekolah putranya yg masih Tk besar?
Kalau hanya dari penghasilan suaminya, jelas tidak bisa mencukupi keluarga.

Setelah sempat bertanya sana sini,
ia memutuskan untuk menghubungi saya.

Pengalaman saya ini,
sangat kontras dengan pengalaman saya pas ke Surabaya tempo hari.
Di sana saya juga bertemu dengan nasabah, yang sebelumnya belum pernah saya kenal.
Nah, kalau nasabah yang ini... Wah, kaya sekali.
 Rumahnya besar dan megah, lengkap dengan taman dan balkon.

Cuma.... Ya ampun...
Saya sampai menghela napas diam diam berkali kali,
karena dia keseringan mengucapkan,
asuransi itu mahal, masuk asuransi itu rugi, ngak bisa untung, dll.

Semuanya dicompare sama Bank atau invest di  saham, hahaha....
Ya beda lah Pak.
Saya sampai bergurau,
karena Bapak ngak pernah klaim, makanya rasanya rugi ya Pak...? :)

Dari pengalaman ini,
saya belajar,
kesadaran berasuransi tidaklah dilihat dari level ekonomi seseorang atau tingkat kemakmuran yang telah ia capai.

Untuk Indonesia,
memang butuh waktu dan kerja keras untuk menumbuhkan keperdulian dan kesadaran akan pentingnya asuransi.
Terutama untuk kita di negara maju, yang cenderung konsumtif.

Kepercayaan, adalah faktor utama.
Orang paling sebel,
jika saat klaim dipersulit,
atau prosesnya bujubune lamaaaa sekali, tanpa ada alasan yang jelas.

Oleh karena itu,
saya berharap, juga berdoa,
semoga makin hari,
makin banyak agen yang profesional dan benar benar melakukan service yang bagus kepada klientnya.
Dengan demikian,
harapan bahwa semoga makin banyak orang mengerti tentang pentingnya asuransi
dan mau memilikinya,
akan lebih mudah terwujud.

Tujuannya simple,
salah satunya adalah....
semoga semakin tahun,
jumlah orang yang terpaksa menguras tabungannya karena biaya Rumah Sakit,
makin sedikit .....

Semoga .....

Salam,
Priska Devina H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar